Sunday, October 4, 2015

Oktober: Kembali Menuliskan Sejarah



Sinjai, 2 Oktober 2015. Terbangun kaget-kaget pukul 03.30 am gara-gara teringat pesan Pak Arman semalam. KMP Az-Zahra akan meninggalkan dermaga Kambuno dan berangkat ke Cappa Ujung Sinjai pukul 06.00 am. Padahal biasanya jadwal keberangkatan kapal ini sekitar pukul 07.45 am. Mata dan otak-yang masih lelah karena kesibukan menyambut tim akreditasi kemarin-pun dipaksa terjaga. Terbaring menatap layar gadget, biar mata terpapar radiasi dan tidak ketiduran lagi. Tapi ya, yang namanya otak kalo sudah capek ya tetap saja. Ngantuk-ketiduran-terbangun-ngantuk-ketiduran dan terbangun lagi. Begitu seterusnya sampe subuh. 
 


Mandi dan packing sudah pake gaya kebut-kebutan. Teh panas di meja langsung disruput dan tancap gas ke dermaga. Apalah daya, sudah capek-capek lari ternyata sudah ketinggalan kapal Zahra sejak 10 menit yang lalu. Tinggal KMP Fajar yang juga sudah mau melepaskan diri dari dermaga. Ya sudahlah ya, daripada naik speed, mahal, mending menumpang di Fajar.

Ini untuk pertama kalinya saya menumpang KMP Fajar. Duduk di atap bersama jerigen, tabung gas, gabus-gabus, barang bawaan dan tentunnya bersama beberapa penumpang lain yang malas turun ke dalam kapal. Dibandingkan KMP Az-Zahra, KMP Fajar punya lebih banyak langganan penumpang. Mungkin karena si Fajar punya jam terbang lebih lama di pulau ini. Fajar sudah ada sejak jaman baheula, sedang si Zahra masih baru dan masih belia. Tapi, kalo saya mau disuruh pilih lebih nyaman naik dimana, ya saya lebih memilih Zahra. Alasannya? Pertama, karena sejak awal berkunjung ke Kambuno, saya menumpang di Zahra. Kedua, Zahra lebih cepat sampe ke tujuan, ndak pake singgah ke pulau lain. Ketiga, duduk di atap kapal Zahra nda kepanasan kayak di Fajar. Fajar atapnya rata, kalo di Zahra masih ada ruang kemudi di atapnya, jadi bisa bernaung. Sempat dumba galeter waktu Fajar sudah di muara. Miring kiri kanan, saya kayak mau jatuh ke samping gara-gara tidak ada pegangan. Kalo di Zahra, sekalipun ombak menghantam kapal sampe miring kiri-kanan, tapi setidaknya masih ada tempat berpegangan di atapnya.

Sebenarnya bersyukur juga kapal dari Kambuno berangkatnya lebih awal, karena sampe di kotanya juga otomatis lebih awal. Dan saya memang mau mengurus banyak hal hari ini. Mulai ke kantor Diknas untuk ambil ampera gaji yang sudah dilegalisir, ke kantor pajak urus NPWP, ke kantor BPJS daftar kartu BPJS, ke kantor catatan sipil mengesahkan akta kelahiran, ke bank BPD ngecek tabungan. 

Urusan di Diknas lancar jaya tanpa masalah. Lanjut jalan kaki ke kantor pajak, jalan Basuki Rahmat. Nah, pas urus NPWP-nya ini yang bermasalah gara-gara KTP masih pake alamat Makassar dan saya belum punya surat keterangan dominsili sesuai SK CPNS Sinjai. Ya, sudah. Saya lanjut ke kantor BPJS di jalan Sultan Hasanuddin naik ojek. Ternyata nomor antriannya sudah habis. Batal lagi urus BPJS-nya. Dari Sultan Hasanuddin saya jalan kaki ke Kantor Catatan Sipil di jalan Bulu Kunyit. Di Sana Cuma setor fotokopian akta. Dari kantor Capil lanjut jalan kaki ke Kantor BPD di Jalan Persatuan Raya. Urusan di BPD kelar, pulangnya pun jalan kaki sampai ke Bulo-Bulo Timur. Kenapa jalan kaki? Karena malas naik ojek! FYI, saya jalan nda pake teplek apalagi sandal, tapi pake sepatu pantofel 3 cm. Belum sampe di rumah itu sepatu sudah lepas alasnya. Ha ha. Sampe terharu saya. Bagaimana tidak, sepatu yang sudah menemani sejak tahun 2012, mulai ngajar PPL sampe penelitian di beberapa sekolah, berakhir tragis hari ini. 

Hari yang cukup melelahkan tapi menyenangkan. Semoga berbuah pahala dan bikin rejeki saya nambah. Haha. Aamiinkan Sajalah :D

Salam Dangdut and Keep Istiqomah!

No comments:

Post a Comment

Welcome to my ecek ecek blog

Selamat membaca...