Friday, January 4, 2019

Pengalaman jadi Tentor Bimbel Gadjah Mada

Tahun 2010 adalah tahun dimana saya mulai berpikir untuk cari uang sendiri, untuk meringankan beban Bapak, yang pada saat itu divonis diabetes sama dokter. Umur saya masih 19 tahun waktu itu. Waktu tahu bapak sakit diabetes ya saya nangis-nangis sendiri di kos. Berdoa semoga bisa dapat kerja demi bantu bapak. Soalnya bukan cuma saya yang dibiayai sekolahnya oleh Bapak, masih ada kakak-kakakku dan adikku. Bapakku PNS golongan III, by the way. Satu-satunya sumber keuangan di keluarga.


Tahun 2011 saya mendaftarkan diri jadi asisten lab mata kuliah Biologi Dasar, Anatomi Tumbuhan dan Botani Tumbuhan Rendah. Karena penghasilan jadi asisten lab tidak seberapa. Saya mencoba cari kerjaan di luar kampus. Mulailah baca-baca lowongan kerja di koran. Mulai dari kerjaan di warung sampai jadi perawat bagi lansia ada. Rata-rata yang jadi sorotanku adalah pekerjaan part time di luar jam ngampus. Kuliah di Biologi jadwalnya padat soalnya, mulai pagi sampai jam 5 sore. Jadi, mesti cari kerjaannya yang sore atau malam. Lokasi juga jadi salah satu pertimbangan. Percuma juga kerja mati-matian tapi uang habis buat ongkos transportasi.

Sempat juga bikin selebaran "Ngajar Privat" trus saya tempel di setiap tiang listrik yang kulewati sepulang kampus. Selebaran itu kutempel sebelahan denga "WC Buntu". Sampai lusuh selebaran itu terpapar terik dan hujan, tidak ada juga telepon masuk yang menandakan bahwa selebaranku telah dibaca dan ada yang minat untuk memakai jasaku untuk mengajar anaknya. Sepertinya harus cari kerjaan lain,

Sampai akhirnya saya menemukan ada loker yang ditempel di majalah dinding di salah satu gedung perkuliahan. Bimbel Gadjah Mada membuka pendaftaran untuk jadi Tentor. Tanpa pikir panjang, kusiapkan semua persyaratan yang diminta lalu kubawa ke kantornya di Mappaoddang. Beberapa hari kemudia saya dapat telepon untuk datang ke kantor GM ikut seleksi tes dan wawancara. Setelah itu di tes lagi Microteaching. Alhamdulillah, semua tahapnya bisa kulalui hingga lulus.

Setelah lulus ada semacam pelatihan lagi selama 3 hari kalo tidak salah, bertempat di GM Jl. Pontiku. Kami diajari bagaimana cara berdiri, memegang spidol, membagi papan tulis dan semua aturan yang harus seragam dilakukan oleh semua tentor. Ibarat kata, mulai dari cara pegang spidol dan cara menulis akan nampak mana tentor GM dan mana yang bukan. FYI, karena cara pegang spidol yang hampir sama, tulisan kamipun akan nampak sama ketika di papan tulis. Hari kedua, kami diminta membawa ijazah SMA sebagai jaminan sebelum benar-benar diterima jadi tentor, lalu menandatangani perjanjian kontrak selama 3 tahun, yang jika dilanggar akan kenakan denda 3 juta. Selama denda tidak dibayar, maka ijazahpun akan tetap ditahan oleh pihak GM. Waktu itu lumayan galau, antara lanjut atau tidak. Tapi karena keinginan cari uang lebih besar, sayapun mengumpulkan ijazah tanpa sepengetahuan orang tua. Perjanjian kontrak pun sudah saya tanda tangani. Saat itu, saya berdoa semoga bisa bertahan sampai 3 tahun. 

Perjuangan tidak berhenti sampai disitu. Setiap trainer masih harus membuat buku yang didalamnya berisi tanda tangan, FO, staf marketing/keuangan dan kepala cabang dari semua cabang bimbel Gadjah Mada yang ada di Makassar, Maros dan Gowa. Macam di ospek rasanya. Waktu itu terpaksa pinjam motor di rumah demi mengefisienkan waktu keliling berburu tanda tangan. Muungkin tujuan, mereka kasih kami tugas minta tanda tangan biar kami tahu, letak cabang GM itu dimana saja. Jadi begitu dapat tugas ngajar di cabang tertentu bisa langsung tahu lokasinya. Pernah yang mulai Pagi sampai Sore keliling gitu berburu tanda tangan, tanpa masker penutup wajah, tanpa sarung tangan. Alhasil wajahku belang mulai hidung ke dagu, tangan mulai pergelangan itu hitam macam pake kos tangan. Lupa waktu itu ke cabang mana saja. Yang jelasnya ada 14 kantor cabang GM yang harus dimintai tanda tangan kacab dan stafnya. Setelah buku tanda tangan lengkap, saya pun resmi dilantik sama direktur GM.

Hari-hari penuh perjuangan dimulai. Membagi diri antara kampus dan bimbel. Karena jumlah tentor Biologi sedikit, jadi begitu dilantik saya langsung dapat job ngajar yang padat dari Koordinator Bidang Studi. Siswa yang diajar mulai tingkat SD sampai SMA. Hari senin di Sudiang mulai jam 16.30 sampai 08.00, Selasa di Hartaco jam 16.30 sampai 08.00, Rabu di Andalas mulai jam 15.00 sampai 08.00, Kamis di Kakaktua jam 16.30 sampai 08.00, Jumat di Batua Raya mulai jam 15.00 sampai 08.00, Sabtu di Gowa jam 16.30 sampai 08.00. Kadang-kadang hari Ahad dapat dinas luar, ngajar siswa BBJJ (Bimbingan Belajar Jarak Jauh). Waktu itu dapat tugas ke salah satu SMA di Jeneponto dan ada 2 sekolah di Barru. Dapat tugas ngajar di luar kota itu luar biasa, kita cuma dikasi modul dan ATK, trus sekolahnya usaha cari sendiri, yang jelas harus sampai tepat waktu. Saya naik kendaraan umum loh, bukan naik motor๐Ÿ˜‚. Honor perjam ngajar Rp9000, setahun kemudian naik jadi Rp11.000/jam. Transpor tiap ke cabang Rp7.500, tapi akan dipotong alias nda dapat transport kalau datang telat, tidak pakai make up, tidak pakai pin tentor, atau kalau pakaian tidak sesuai aturan. Pakaian juga diatur tidak boleh lebih dari 3 warna, sepatu hak minimal 3 cm. Prinsipnya harus selalu menarik didepan siswa apapun yang terjadi di luar sana. Karena jadi tentor inilah saya tahu cara pakai maskara, eyeliner, eyeshadow dan konco-konconya.  Sejelek apapun penampilan di kampus, ketika tiba di tempat bimbel harus dibuat semenarik mungkin kalau tidam mau honor dipotong. 


Selama ngajar, kuliahku mulai berantakan. Ada Dosen yang sampai tidak lagi memasukkanku di kelasnya karena sudah 3 kali saya tidak ikut perkuliahan demi ngajar. Jadilah, harus kuulang lagi mata kuliah itu tahun depannya lagi sama junior. Pernah juga berbohong. ijin sama dosen nda masuk karena ada acara keluarga, padahal ngajar. Kegiatan praktikum juga seringkali tidak kuikuti. Waktu itu teman kelompokku sampai berlama-lama lab hanya untuk membuat media agar praktikum mikrobiologi dan saya tidak sekalipun ikut membantu karena sibuk ngajar. Jadi sampai sekarang saya tidak tau cara buat media agar untuk menumbuhkan mikroba. Untungnya teman mengerti dengan kesibukanku ngajar. 

Pulang ngajar selalu diatas jam 09.00 malam. Kadang juga pulang sampai jam 01.00 malam kalo ada up grading. Kalo yang pulangnya malam banget ya  tidak naik angkot. Pasti diantar sama tentor lain yang sejalur. Panjat pagar kos sudah hal biasa selama ngajar. Demi uang. Kalau laporan praktikum belum selesai, saya pasti akan nginap di kos teman untuk menyalin laporannya sekreatif mungkin agar tak nampak sama. Kadang kalo lagi merenung, membayangkan kerasnya hidupku pas jadi tentor itu macam luar biasa sekali. Saya seperti orang yang tidak punya waktu santai sedikitpun. Banyak suka duka selama mengajar. Tapi, itu juga yang membentuk karakter kerja positif yang masih melekat sampai sekarang. Bahkan sudah jadi kebiasaan. Saya jadi terbiasa tepat waktu dan tidak suka orang-orang yang ngaret.


BTW, di blog sebelumnya sudah kuceritakan berapa tahun saya bertahan ngajar. Apakah 3 tahun atau malah lebih? heheheh....
Siswa SD kelas VI GM Kakaktua tahun 2012, sekarang mungkin sudah kuliah atau bahkan sudah kerja
Teman seangkatan yang dilantik, masih banyak yang tidak ikut Foto


Teman tentor sebidang studi


Terima Kasih Gadjah Mada sudah membentuk diriku jadi lebih baik ๐Ÿ˜Š

1 comment:

  1. Do this hack to drop 2 lbs of fat in 8 hours

    At least 160,000 women and men are utilizing a easy and secret "water hack" to drop 1-2lbs each and every night while they sleep.

    It is simple and it works all the time.

    You can do it yourself by following these easy steps:

    1) Hold a glass and fill it with water half the way

    2) And now learn this proven hack

    and you'll become 1-2lbs lighter in the morning!

    ReplyDelete

Welcome to my ecek ecek blog

Selamat membaca...